Sabtu, 12 Juni 2010

Santo Kanisius

Santo Kanisius
Santo Petrus Kanisius, Pengaku Iman dan Pujangga Gereja. Ia dianugerahi karisma yang besar, terutama pada pandangannya yang jauh ke depan, menyingkapkan kebutuhan zaman dan Gereja sepanjang masa, terutama di bidang pendidikan dan penerbitan. Pesta : 21 Desember
Lahir di Nijmegen, Belanda pada tanggal 8 Mei 1521. Pada waktu itu Nijmegen merupakan bagian dari Keuskupan Agung Koln yang masih di bawah pengawasan Jerman. Karena kecerdasan otaknya maka sejak umur 15 tahun ia belajar di Universitas Koln. Pada umur 19 tahun, ia masuk Serikat Yesus. Semasa hidupnya ia menyaksikan pergolakan hebat di dalam Gereja, yaitu perpecahan di antara umat Kristen yang disebabkan Protestantisme.
Kesucian dan kariernya sangat kuat dipengaruhi oleh Petrus Faber dan Ignasius Loyola. Ia bertemu dengan Petrus Faber dalam sebuah retret. Sedangkan pengaruh dari Ignasius Loyola didapatkan karena selama 6 bulan di Roma dia tinggal bersama Ignasius.

Ia ikut ambil bagian dalam mendirikan rumah biara Jesuit di Koln, tempat ia menjalani masa novisiatnya.
Pada tahun 1546 ia ditahbiskan menjadi imam dan dalam waktu singkat ia segera terkenal sebagai seorang pengkotbah ulung. Pada waktu Konsili Trente, ia terpilih sebagai peserta dari kalangan ahli teologi.
Pada tahun 1548 ia mengajar retorika di kolese Jesuit di Messina; dari Messina ia pindah ke Wina untuk tugas yang sama. Lewat kotbah dan pengajaran agamanya yang mengagumkan, ia menanamkan pengaruhnya yang sangat besar di semua kalangan, sehingga membuat iri pihak protestan. Ia mengatakan bahwa cara terbaik untuk menyebarkan iman ialah dengan doa dan kerja keras, bukan dengan mencemooh agama lain.
Tiga kali ia ditawari jabatan uskup oleh raja, tetapi ia menolaknya. Baru pada tahun 1557 ia ditunjuk oleh Ignasius menjadi Administrator pada takhta keuskupan yang sedang kosong. Di masa itu ia banyak menulis buku-buku pelajaran agama (katekismus), mendirikan sekolah dasar, kolose dan seminari. Dengan tekun ia rajin mengajar, berkotbah dan menguatkan iman para rohaniwan yang mengalami krisis dalam menghayati panggilannya.
Ia mempunyai keyakinan bahwa berkarya di tanah air sendiri tidak kalah pentingnya dengan bertugas sebagai misionaris di tanah asing. Pandangannya jauh ke depan; maka disamping pendidikan ia juga memelopori karya penerbitan buku-buku, karena ia menyadari bahwa buku dan majalah sangat besar pengaruhnya.
Ia meninggal dunia pada tanggal 21 Desember 1597 dalam usia 78 tahun ketika sedang bertugas di Fribourg, Swiss.
Oleh Paus Pius XI (1922-1939), ia digelari ‘Santo’ dan ‘Pujangga Gereja’, dan dianggap sebagai Rasul Jerman Kedua. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar